BREAKING NEWS

Dian Siswarini: Topang Pertumbuhan Ekonomi Negara, Telkom Siapkan Berbagai Progran Dukung UKM Naik Kelas

LINTASMAKASSAR.COM, MAKASSAR - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) menunjukkan komitmen nyata bagi pegiat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satunya adalah memberikan bantuan alat produksi kepada Sukma Jahe, produsen minuman bubuk instan Sarabba. 

Bantuan berupa alat peras tersebut diserahkan langsung oleh Direktur Utama Telkom, Dian Siswarini saat mengunjungi rumah sekaligus lokasi produksi Sukma Jahe di Makassar, Kamis (27/11). 

Dian berdiskusi dengan pemilik Sukma Jahe, pasangan Zukri dan Rita Suryaningsih, sekaligus meninjau proses pembuatan minuman berbahan jahe dan gula aren tersebut. 

Dalam kesempatan tersebut Dian mengatakan bahwa pengembangan UMKM itu menjadi salah satu prioritas Telkom Indonesia. Sebab, lanjut Dian, UMKM merupakan salah satu penopang pertumbuhan ekonomi negara. "UMKM adalah penopang ekonomi negara," ucapnya 

Menurutnya, dukungan yang diberikan PT Telkom kali ini tidak hanya berkaitan dengan peningkatan produksi, tetapi juga pemasaran agar UMKM dapat memperluas jangkauannya. 

"Penting bagi kami untuk mendukung mereka, baik melalui permodalan maupun penyediaan peralatan dari mulai proses produksi sampai pemasaran. Harapannya, UMKM bisa naik kelas bahkan menembus pasar internasional,” sambungnya. 

Dlam kesempatan dialog tersebut, Zukri menjelaskan mengenai proses produksi. Ia mengatakan bahwa Sukma Jahe selama ini diolah secara manual. 

''Jadi mulai dari proses pemerasan jahe merah hingga pengepakan tiap saset dilakukan secara manual para pekerja yang berjumlah tujuh orang,'' papar Zukri. 

Lelaki berdarah Makassar ini mengatakan, para pekerja ini bekerja secara shift yang dibagi dalam dua shift. yang shift pagi hingga siang dan shift siang hingga sore. 

"Kami tidak memberlakukan shift secara penuh. Karena kami tidak ingin mengganggu waktu pekerja kami untuk mengurusi keluarganya," jelas Zukri. 

"Para pekerja kami adalah warga yang bermukim di sekitar rumah produksi kami,'' timpal Rita Suryaningsih. 

Untuk mendukung proses produksinya, lanjut Rita, pihaknya bekerja sama dengan para supplier. ''Untuk jahe merah misalnya, kami bekerja sama dengan supplier dari Maros dan Mamuju. Selain itu kami juga membuka peluang kerja sama dengan supplier dari daerah lain, sebab setiap hari kami membutuhkan jahe merah original hingga 200 kilogram," terang Rita. 

"Sedangkan gula aren dipasok langsung dari petani di Bulukumba dan Soppeng. Kami juga turut membina petani untuk menghasilkan gula berkualitas," sambung dia. 

Produk Sukma Jahe memiliki keunggulan lain, yakni penggunaan bahan-bahan alami seperti jahe merah dan gula aren, tanpa santan. Sebagai gantinya, Sukma Jahe mengganti dengan krimer berbahan ubi yang dinilai lebih sehat. 

Lebih jauh Rita menjelaskan, varian rasa Sarabba dari Sukma Jahe meliputi Original, Extra Pedas, dan Mocca,. Saat ini, kapasitas produksi mencapai 25 ribu sachet per bulan dengan omzet Rp50-70 juta. 

Usaha Sukma Jahe bermula pada 2008 dan mulai berkembang pesat setelah dipindahkan ke Makassar pada 2012. Perjalanan usaha ini tidak selalu mulus. 

Pada awal merintis, mereka harus gencar memperkenalkan produk ke berbagai instansi dan mengikuti pameran. Situasi makin berat saat pandemi Covid-19, ketika harga jahe merah melonjak dari Rp15 juta menjadi Rp75 juta per ton. 

Sukma Jahe juga merupakan UMKM binaan Telkom yang mendapatkan pelatihan pemasaran, pengemasan, serta dukungan promosi melalui platform digital PaDi UMKM. 

Kini Sukma Jahe telah dipasarkan di sejumlah ritel modern seperti Hero, Mitra, Farmers Market, Grand Toserba, Ektong, dan Coklat Tanah, serta hampir semua toko oleh-oleh di kawasan Somba Opu. 

Dalam dua tahun terakhir, Sukma Jahe telah merambah pasar internasional melalui kerja sama maklon dengan pembeli dari India, Inggris, Singapura, dan Malaysia. 

Meski begitu, fokus utama mereka tetap pada pasar domestik, khususnya Makassar dan Sulawesi Selatan. Sarabba produksi Sukma Jahe kini menjadi pemasok bagi banyak warkop dan kafe di Makassar. 

Produk ini memiliki masa kedaluwarsa hingga 10 bulan, lebih cepat dari potensi maksimal satu tahun demi menjamin kualitas. Produk yang melewati masa edar pun tetap dimanfaatkan sebagai pupuk. 

***
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar