Ir. Arwan Tjahjadi Perkuat Identitas Budaya Lewat Panggung Parade Kebaya Peranakan di HUT Makassar ke-418
LINTASMAKASSAR.COM, MAKASSAR – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-418 Kota Makassar semakin berkesan dengan kehadiran Parade Kebaya Peranakan yang digelar di pusat kota. Persaudaraan Peranakan Tionghoa Makassar (P2TM) tampil memikat, menyampaikan pesan harmoni dan pelestarian budaya yang selama ini menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah kebhinekaan Makassar.
Puluhan anggota P2TM berjalan anggun mengenakan kebaya peranakan yang dipadukan dengan kain tradisional Sulawesi Selatan. Tampilan tersebut bukan sekadar pertunjukan estetika, tetapi cerminan identitas yang tumbuh dari pertemuan panjang antara budaya Tionghoa peranakan dan masyarakat lokal yang telah berlangsung lintas generasi.
Parade yang berlangsung dari Jalan Balai Kota hingga Jalan Ahmad Yani ini diiringi perpaduan musik Tionghoa dan lagu daerah Sulawesi Selatan. Irama tersebut menghadirkan suasana hangat dan emosional, menggambarkan kehidupan masyarakat Makassar yang kaya warna namun tetap satu dalam kebersamaan.
Dari pantauan media, tampak Owner Hotel Horison Candra Djaya serta Peggy Lisal turut hadir memeriahkan kegiatan yang sarat nilai budaya ini. Ketua Umum sekaligus pendiri P2TM, Ir. Arwan Tjahjadi, menjelaskan bahwa kebaya peranakan bukan sekadar pakaian tradisional, melainkan simbol perjalanan leluhur dan nilai kebersamaan yang diwariskan dari masa ke masa. “Warisan budaya adalah jati diri. Dengan menjaganya, kita tidak hanya menghormati sejarah, tetapi juga menyiapkan fondasi masa depan yang kokoh,” ujarnya.
Arwan, yang juga Owner Hotel Losari Grup, menuturkan bahwa keberadaan masyarakat Tionghoa di Makassar telah tercatat sejak ratusan tahun lalu. Interaksi dan pernikahan antara pendatang Tionghoa dengan perempuan lokal melahirkan identitas peranakan yang dikenal sebagai baba dan nona, yang kemudian berkembang menjadi identitas budaya Chindo atau Tionghoa Nusantara. Identitas ini menghadirkan kontribusi besar dalam seni, kuliner, hingga tradisi seperti barongsai dan liangliong yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia.
Dalam momentum perayaan kota ini, Arwan menyampaikan apresiasi kepada Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, atas dukungan dan ruang kolaborasi dalam penguatan karakter budaya masyarakat. Arwan menegaskan bahwa pembangunan kota yang berkelanjutan hanya dapat terwujud apabila pembangunan fisik berjalan seiring dengan penguatan nilai kebersamaan dan identitas budaya warga.
Parade Kebaya Peranakan P2TM menjadi pesan bahwa keberagaman adalah kekuatan yang menyatukan, bukan sekadar perbedaan. Melalui pelestarian budaya, masyarakat diajak memahami bahwa masa depan Makassar yang maju berakar pada penghargaan terhadap sejarah serta kesediaan untuk membangun harmoni antar budaya. “Dirgahayu Kota Makassar ke-418. Mari terus melangkah bersama untuk Indonesia yang semakin mencapai kemajuan dan persatuan,” tutup Arwan. (*Rz)



